Rabu, 30 Maret 2011

FF - Pledge (tragedy about love)

title : PLEDGE (Tragedy about Love)
cast :
  • choi seung hyun
  • kwon jiyong
  • sandara park
genre : romance,tragic (??)

****

Hyun melangkah menuju pintu keluar bandara. Ia kembali merasakan suasana korea setelah 2 tahun meninggalkan korea karena suatu hal.

“Hyun!” soerang wanita memeluk hyun dari belakang.
“sa..sandara?”
“ya benar. Ini sandara mu yang dulu kau tinggalkan selama 2 tahun. Hahahhaa...”
Hyun memeluk wanita yang ternyata bernama sandara itu.
“kebetulan sekali kita bertemu disini.” Ujar hyun.
“aku rasa ini bukan suatu kebetulan. Kita memang sudah seharusnya bertemu disini...” sandara melepaskan pelukan hyun yang hangat.
“maksudmu?” muka hyun terlihat kebingungan. Hyun tidak mengerti apa yang dikatakan sandara.
“bukan apa-apa.” Bisik Sandara sambil tersenyum penuh arti.

Untuk melepas rindu karena 2 tahun tidak bertemu,sandara mengajak hyun pergi ketaman ria. Di sana sandara terus menggandeng tangan hyun dengan mesra. Hyun yang sesungguhnya menyukai sandara terlihat senang dengan perlakuan sandara kepadanya hari itu. namun di sisi lain dia merasa tidak enak karena status sandara adalah pacar dari sahabatnya. Yaitu jiyong.

“sandara,bagaimana hubunganmu dengan jiyong?” hyun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“jiyong? Ahh sudahlah, tidak usah terlalu di pikirkan, yang penting hari ini kita bersenang-senang oke?”
“kau tidak sedang bertengkar dengan jiyong kan?”
“apa-apaan sih hyun. Ya enggak lah... mana mungkin! Hahahaha...” sandara mencubit pipi hyun yang terlihat lebih bulat dari biasanya.
Hyun berteriak kesakitan,tangannya terus mengelus-elus pipinya yang mulai terlihat merah.

Selama di taman ria, banyak pengunjung yang terus memperhatikan mereka dengan tatapan yang aneh. Hyun merasa agak risih dengan tatapan itu. ia berfikir mungkin ada yang salah dari penampilan dia,tapi hal itu tidak mungkin karena baju dan celana yang ia pakai adalah koleksi dari seorang designer terkenal di korea.

Setelah cukup lama berkeliling taman ria tanpa menaiki satu wahanapun,Sandara dan hyun akhirnya memutuskan untuk membeli tiket sebuah permainan.
“tolong tiketnya 2 ya.” Ujar hyun kepada penjual tiket.
“dua?” sang penjual tiket mengulang perkataan hyun.
“iya,dua. Untukku dan temanku.” Hyun menunjuk sandara yang berada di sebelahnya.
Kepala si penjual tiket sedikit menjulur keluar dari jendela loket sambil kembali memperhatikan hyun dari atas hingga bawah.
“apa?” hyun mulai kesal.
“ti..tidak... ini tiketmu...” penjual tiket buru-buru memberikan tiket pada hyun. Mukanya tampak keheranan.

Disaat hyun dan sandara pergi menjauh dari loket tiket, penjual tiket bertanya kepada satpam yang berada di sebelahnya.
“temannya? Apa dia masih waras?”
“entahlah...” jawab satpam taman ria sembari ikut memperhatikan hyun.
***
Hyun dan sandara sangat menikmati permainan-permainan yang mereka naiki bersama. Hyun benar-benar tidak mengangka apa yang sandara lakukan hari ini padanya. hyun mengakui,sejak lama ia menyukai sandara,tapi karena sepertinya sandara lebih menyukai jiyong daripada dirinya,maka akhirnya ia memutuskan untuk mengalah dari jiyong.

Demi menghindari rasa sakit hati yang terlalu dalam,akhirnya hyun pergi meninggalkan korea untuk sementara. Selama hyun meninggalkan korea,ia selalu teringat akan sandara. Kini ketika ia kembali ke korea,sandara menyambutnya dengan hangat. Seakan tidak ingin mengulang kesalahan untuk kedua kalinya, hari ini Hyun ingin menyampaikan perasaanya yang sejak lama tertahankan. Mungkin saja hari ini adalah waktu yang tepat.

Disetiap langkah mereka berdua,hyun merasakan genggaman tangan sandara semakin erat.
“jangan pernah melepaskan genggamanku hyun. Karena kita tidak tau kapan kita akan kehilangan orang  yang kita cintai...” ujar sandara tiba-tiba.
Hyun menatap heran ke arah sandara.
“ungkapkan apa yang sejak dulu seharusnya terucap...” lanjut sandara sembari menatap hyun dan kembali tersenyum penuh arti.
Hyun semakin tidak mengerti apa yang di bicarakan sandara.
***
Sepulang dari taman ria,sandara menyempatkan diri untuk mampir ke rumah hyun.

“bagaimana kalau hari ini kita makan malam di rumahmu?” ujar sandara tiba-tiba.
“mwo?”
“makan malam. Aku yang akan masak... lagi pula sebentar lagi sudah jam tujuh malam.”
“baiklah kalau itu maumu. Akan aku siapkan tempatnya.”

Hyun dan sandara bersama-sama menyiapkan makan malam. Hyun menyiapkan ruangan seromantis mungkin tepat di beranda rumahnya. Ia tidak ingin melewatkan momen yang jarang terjadi itu. tekat hyun hari itu sudah bulat. Ia akan menyatakan persaannya meskipun ia tau bahwa sandara adalah pacar jiyong. Sekarang ia tidak begitu mengharap sandara akan menerima cintanya,yang ia inginkan sekarang adalah sandara tau bagaimana perasaannya pada sandara.

“hyun,masakannya sudah jadi.” Sandara meletakkan makanan di atas meja yang telah di siapkan.
“wahh... gomawo...” hyun duduk berhadap-hadapan dengan sandara.

Makan malam yang romantis itu pun akhirnya di mulai. Hyun menyalakan lilin sebagai tambahan penerangan di malam itu.

“sandara ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi sebelumnya,aku ingin bertanya. Kenapa kau melakukan semua ini?”
“ini semua sebenarnya sangat ingin aku lakukan dari dulu. Berjalan dan makan malam hanya berdua saja denganmu. Tapi sebelum semua itu tercapai,kau telah meninggalkanku selama 2 tahun”
“aku pikir kau sangat mencintai jiyong,jadi Aku pergi untuk kebahagian kalian berdua.”

Sandara menggenggam tangan hyun erat. Matanya menatap mata hyun dalam-dalam.
“ya,aku memang sedang belajar mencintai jiyong karena kau tidak pernah menunjukan bahwa kau suka padaku.”
“maksudmu?”
“aku mencintaimu hyun. Lebih dari apapun. Tapi setiap kali aku mendekatimu,kau selalu menghindar.”
Hyun bangkit dari kursinya dan berjalan kearah sandara. Tangan hyun membelai rambut sandara dengan lembut. Perlahan-lahan bibir hyun mendekati bibir sandara, lalu menciumnya.

“sebenarnya aku juga sangat mencintaimu sandara...” bisik hyun yang kemudian memeluk tubuh sandara.
“kini semuanya terbayar sudah... selamat tinggal hyun...” sandara melepaskan pelukan hyun.
“hari ini kau penuh dengan teka-teki. Apa maksudmu kali ini sandara?”

*Tok Tok Tok*
Terdengar suara pintu di ketuk dari luar.
“aku harus membukakan pintu dulu sandara. Tunggu sebentar ya...” hyun mencium bibir sandara sekali lagi sebelum akhirnya ia membukakan pintu.

*Tok Tok Tok*
Suara ketukan pintu kembali terdengar.
“ya ya ya... aku bukakan. Siapa disana?”
“ini aku, jiyong.”
Hyun kaget mendengar siapa yang datang. Ia lalu membuka pintu rumah dengan hati-hati.

“kembali ke korea tidak kabar-kabari aku dulu. Sudah lupa sama teman lama hah? Hahahahah... oh iya, rumahmu rapih sekali,tidak seperti biasanya. Kedatangan tamu wanita yah?” jiyong melihat-lihat sekeliling rumah hyun.
“sebenarnya, dirumahku sedang ada sandara.” Ujar hyun perlahan dan dipenuhi rasa bersalah.
“sandara?! Sandara katamu?!!” muka jiyong tampak kaget.
“benar jiyong. Tapi aku bisa menjelaskan semuanya kok... aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu... sungguh...aku hanya...”
“Seung hyun!” jiyong memotong perkataan hyun. “kau tidak tau?! Hah?!”
“tau apa?”
“sandara sudah meninggal dua hari yang lalu!!!” jiyong mengguncangkan tubuh hyun.
“apa maksudmu?! Aku jelas-jelas bersamanya sepanjang hari ini!”

Hyun dan jiyong menuju ke beranda. Yang mereka lihat hanyalah kursi meja yang tertata rapih dan piring-piring yang kosong tanpa ada hidangan apapun di atasnya.
“aku sungguh bersamanya disini tadi. Dan dia memasak untukku. Kenapa sekarang dia tidak ada?!”
hyun mencari sandara di setiap sudut rumahnya. Tapi ia sama sekali tidak menemukan sosok wanita yang dicintainya itu.
“hyun! Sadarlah. Sandara sudah meninggal 2 hari lalu karena sakit. Ia mengidap kanker darah semenjak 2 tahun lalu ketika kau pergi meninggalkan korea.”
“BOHONG!!!! Aku yakin dia belum mati!” hyun mencengkram kerah baju jiyong.
“HYUN! Dia sudah mati! Aku membawakan surat amanah darinya untukmu! Percayalah!”

Dengan tangan gemetar hyun mengambil surat itu dari tangan jiyong. Hyun membaca surat itu sambil terus menahan air matanya yang mulai membanjiri pipinya.

“to : choi seung hyun
Aku berharap saat kau membaca surat ini,kau sudah mengetahui apa isi hatiku yang sebenarnya. Kalaupun belum,akan aku katakan di dalam surat ini. Sejak pertama kali kita bertemu,aku sangat mencintaimu... walaupun ku pikir kau tidak mencintaiku, tapi aku berusaha terus menunggumu. Menunggumu mengatakan bahwa kau juga cinta padaku.

Ketika kau pergi meninggalkan korea, aku divonis mengidap kanker darah. Hidupku mungkin tidak lama lagi. Permohonanku hanya satu. Aku ingin mendengar isi hatimu yang sesungguhnya. Jika aku dapat mendengarnya sebelum aku mati,aku sangat bahagia sekali. Namun,jika aku belum mendengarnya hingga aku mati, aku akan memohon kepada tuhan agar diberi kesempatan 1 kali lagi untuk bertemu denganmu.

Maaf telah merepotkanmu selama ini...
_sandara_”

“Sandara!!! Ini semua bohong kan? Bohong ?!!!” hyun tetap tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
*plakk*
Jiyong menampar pipi hyun dengan keras.
“ku harap tamparan itu dapat menyadarkanmu hyun...”

Hyun membanting gelas yang ada di sebelahnya. Air matanya tidak dapat terbendung lagi. Ia menyesali kenapa dari dulu ia tidak mengatakan isi hatinya pada sandara. Akhirnya semua terjawab sudah mengapa sandara menganggap pertemuan mereka di bandara bukanlah kebetulan melainkan suatu keharusan,mengapa orang-orang di taman memandangnya aneh,mengapa penjual tiket keheranan melihan dirinya dan mengapa pada hari ini sandara penuh dengan teka-teki.

“orang-orang di taman dan penjual tiket menganggapku orang yang gila karena aku terus berbicara sendiri...”
Hyun menatap kosong kearah foto sandara.
“bagaimanapun kita harus merelakan dia pergi hyun... aku yakin setelah semua ini,sandara akan bahagia di atas sana.” Jiyong mencoba menenangkan hyun.
“terima kasih jiyong. Sekarang bisakah kamu tinggalkan aku sendiri? Aku butuh ketenangan...”
“baiklah hyun...”
Jiyong melangkah keluar dari rumah hyun.


Tinggallah hyun sendiri di rumahnya. Ia terus menyesali semua kekeliruan yang telah ia perbuat.
“bodohnya aku sandara... bodohnya aku meninggalkanmu....”
Hyun yang mulai kehilangan akalnya, menyebar seluruh foto sandara dan dirinya di setiap sudut rumah. Ia susun foto itu berjajar satu dengan lainnya.
Setelah itu, hyun menyiram semua foto itu dengan minyak tanah. Kini rumahnya penuh dengan aroma minyak tanah yang tidak sedap.

“aku kan menyusulmu sandara...”
Hyun menjatuhkan korek api yang sudah disulutnya. Seketika api menjalar kesetiap sudut rumah. Meskipun pada saat itu hyun dapat menyelamatkan diri,namun hyun sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Ia terus mendekap bingkai yang berisi foto sandara.
***
“KEBAKARAN!!!! KEBAKARAN!!!!” seluruh tetangga hyun keluar karena panik.
Jiyong yang sedang berjalan pulang mendengar teriakan para warga. Karena penasaran,maka jiyong kembali untuk melihat rumah siapa yang terbakar.

“maaf paman, kalau boleh tau, rumah siapa yang terbakar?” jiyong bertanya kepada seorang paman di tengah kerumunan warga.
“rumah anak muda bernama seung hyun...” kata paman itu sambil menunjuk kobaran api yang semakin membesar.
“te..terima kasih paman...” jiyong buru-buru menerobos kerumunan para warga. Ia ingin memastikan bagaimana kondisi hyun.

“HYUN!!!!” teriak jiyong.
Jiyong berusaha menolong hyun tetapi api rumah hyun semakin membesar.
Tetangga-tetangga hyun berdatangan untuk memadamkan api yang kian membesar menghanguskan rumah hyun.
Ketika api berhasil di padamkan, ditemukannya seorang mayat laki-laki sedang memeluk foto berbingkai yang juga ikut terbakar. Di tangan mayat laki-laki itu ditemukan juga secarik kertas yang pinggirnya mulai sedikit terbakar. Kertas itu bertuliskan “semoga kita berdua bisa berbahagia di alam sana...”

Ya,itulah hyun yang terbakar bersama kenangan-kenangannya dengan sandara.

-------------------------------------------------
need your comment please ^^
maaf kalo ceritanya dibuat sangat-sangat padat >,<

1 komentar:

  1. hiksss.. kok akhirnya ada bomm.. anehnyaaa.. omo chingu.. kenapa mesti ada ledakan..

    BalasHapus